Thursday, November 17, 2011

KolonG "bamBu Maniz"

mungkin ini suara hati, atau ungkapan untuk jiwa yang ingin tercari, kepada BuMa,,

Cerita-cerita tertutup kabut, pergulatan batin tak tuntas, keinginan-keinginan tak tertebus.
Laki-laki beristri dengan satu anak cantik terjebak biduk rumah tangga, anak muda usia 20-an menangis karena takut diketahui orangtua, pemuda ganteng pasang harga atas tubuhnya demi perut terganjal makanan, laki-laki mapan blingsatan setiap kali berhadapan dengan pertanyaan,”Kapan kawin?”, cowok bertubuh atletis bekerja keras mengolah tubuhnya di gym agar orang lain tak tahu kalau sesungguhnya dia gay.
Cerita-cerita itu menjadi daftar panjang tak berkesudahan, hadir terus-menerus bagai lingkaran tak terputus.

Hak atas tubuh, hak merasakan bahagia, dan hak menyampaikan pemikiran selalu terbentur tembok-tembok kenyataan. Kenyataan yang tak berpihak pada gay. Sekali lagi, persoalan tidak terletak pada gay, tapi pada ular-ular itu. Ular-ular itu butuh pencerahan agar tak seenaknya menunjuk sana-sini sok paling benar sendiri. Homophobia harus dihapuskan. Jangan pula menuntut gay untuk menghancurkan tembok-tembok kenyataan bila tak ada jaminan keamanan. Pemakluman iya, sebab media seperti ini setidaknya membuat gay sejenak bernafas lega.

Itu tamparan keras yang mengoyak harga diri gay dan melukai hak asasi manusia. Kebrutalan ular-ular melampaui batas yang diterima nalar. Betapa siksaan dipandang sebagai sesuatu yang layak diterima gay. Cih! Dan ular-ular itu dengan naïfnya terus mereproduksi alat-alat pembenar untuk mencederai nilai kemanusiaan.

aku ingin berdiri tidak sendiri di dunia itu, aku ingin seseorang menunjukkan bahwa yang mereka anggap salah kurasa benar karena dukungan dari seseorang, semoga hidup memiliki makna,,, semoga semua kisah dalam kitab alam sudah ku ungkap kepada hati mu yg teringini, beri senyum untuk huruf keindahan yg tercipta untukmu,,,

[SLiMO]

No comments:

Post a Comment